Kasih dan Doktrin

Pada tanggal 22 April 2020 malam, mantan ketua KTB (kelompok tumbuh bersama) di kampus saya mengomentari story saya di Instagram yang memromosikan tulisan saya di blog. Seperti yang seharusnya sudah Anda ketahui, sejak pertengahan tahun 2018 saya fokus menulis tentang sebuah organisasi lintas agama yang saya ikuti dulu. Dia mengirimkan pesan bahwa tidak ada gunanya saya posting tulisan seperti ini dan saya sebaiknya fokus perbaiki hidup dan biar orang lain yang melihat saya sebagai "Alkitab berjalan". Dia tidak setuju saya selama ini membongkar upaya penyesatan yang dilakukan oleh sebuah organisasi perdamaian lintas agama di Indonesia. Tidak hanya itu, dia juga menuduh saya kepahitan dan benci dengan kelompok tertentu.

Saya rasa saya tidak perlu lagi menjelaskan apa itu kasih. Semua orang termasuk orang-orang non Kristen tahu apa itu kasih. Saya akan menjelaskan apa itu doktrin. Menurut KBBI, doktrin memiliki arti "ajaran". Doktrin keselamatan berarti ajaran tentang keselamatan. Sayangnya kata "doktrin" seringkali dipandang negatif. Hal ini disebabkan kata "doktrin" adalah kata dasar dari "indoktrinasi" atau "didoktrin" dan kata "didoktrin" seringkali diartikan sebagai "dicuciotak". Tidak jarang orang-orang berkata bahwa kita tidak perlu membicarakan doktrin. Padahal mereka yang mengatakan demikian sebenarnya tanpa mereka sadari sudah terdoktrin untuk membenci doktrin. Gereja yang benar pasti menjunjung tinggi doktrin. Iblis saat ini menipu banyak orang Kristen agar memusuhi doktrin dan mendorongnya hanya fokus kepada kasih agar mudah dia sesatkan.

Saya sangat setuju orang Kristen harus memiliki kasih. Tanpa kasih, mau sebagus apapun doktrin yang kita sampaikan kepada orang lain akan "mental" karena orang lain sudah antipati terhadap diri kita. Kalau orang Kristen hanya fokus kepada kasih dan mengabaikan doktrin, apa bedanya orang Kristen dengan orang Buddhis yang terkenal penuh dengan welas asih? Di zaman sekarang ini hampir semua orang meyakini bahwa semua agama mengajarkan kebaikan. Mau sampai kapan kita terus fokus kepada kasih baru kemudian memberitakan kebenaran? Padahal Injil yang benar itu adalah sesuatu yang sangat darurat. Setiap hari di seluruh dunia pasti ada orang yang meninggal. Saya tidak berharap tetapi saya yakin pasti ada di antara mereka yang mati di hari itu yang berakhir masuk neraka.

Dia lalu bertanya : "Coba direnungkan lagi, Zes. Kira-kira apa yang Mozes bisa lakukan buat generasi muda dengan cara yang membuat orang merasakan damai sejahtera?" Yang paling penting bukan membuat orang lain merasa damai sejahtera melainkan membuat orang lain mengenal kebenaran. Apalah artinya orang lain merasakan damai yang semu tetapi tidak mengenal kebenaran. Jika dia tidak mengetahui dan menerima Injil yang benar, dia akan tetap berakhir di neraka. Kalau hanya ingin membuat orang lain merasa damai atau senang, itu perkara yang mudah. Cukup beritakan tentang kemakmuran, kesembuhan, atau kesaksian naik turun surga. Kalau konteksnya hubungan antar agama, cukup beritakan toleransi, perdamaian, atau persamaan-persamaan yang ada di dalam Kekristenan dan di dalam agama lain.

Yesus yang disebut "Raja Damai" sendiri berkata : "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang" (Matius 10 : 34). Di ayat-ayat berikutnya, Yesus mengatakan : "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." Apa yang dimaksud dengan "pedang"? Yang dimaksud "pedang" oleh Yesus adalah doktrin. Apa yang dikatakan Yesus ini benar-benar dialami oleh saudara-saudara kita dari latar belakang agama lain yang memutuskan untuk menjadi orang Kristen. Mereka rela diusir oleh keluarganya dan tidak diakui lagi oleh orangtuanya demi mengikut Kristus.

Memberitakan kebenaran dengan kasih tidak berarti kita tidak boleh menyatakan ajaran lain salah atau sesat. Kalau kita hanya memberitahu apa yang kita yakini benar, bisa saja orang lain yang mendengarkan akan berpikir : "Oh ya itu benar tapi ajaran itu benar bukan berarti ajaran yang saya yakini salah kan?" Patut kita ketahui, hari ini tidak sedikit orang yang memiliki pemikiran bahwa kebenaran itu bersifat relatif. Orang-orang Kristen pada umumnya memakai kisah wanita yang kedapatan berzinah (Yohanes 8 : 2-11) sebagai dalih agar kita tidak menghakimi orang lain. Di sisi lain, Yesus juga menghakimi kesesatan orang-orang Saduki dalam Markus 12 : 24-27.

"Jawab Yesus kepada mereka: Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"

Yesus tidak bertentangan dengan perkataan-Nya sendiri. Barangsiapa memiliki hikmat tentu dapat memahami perbedaannya. Yesus memberikan contoh bahwa kita tidak boleh menghakimi perbuatan tetapi kita harus menghakimi ajaran atau doktrin. Misalnya Anda memiliki kawan seorang pecinta sesama jenis. Anda seharusnya mendoakan dan menasehatinya dan tidak mengumbar aibnya di depan banyak orang. Berbeda halnya jika misalnya kawan Anda mengaku sebagai "hamba Tuhan" tetapi dia mengajarkan bahwa pernikahan sesama jenis tidak dilarang oleh Alkitab ke jemaat apalagi menyampaikannya di atas mimbar gereja. Anda harus peringatkan para jemaat agar tidak mengikuti ajaran yang dibawakan oleh orang ini meskipun dia adalah kawan Anda.

Para bapa gereja juga tidak tinggal diam ketika melihat adanya ajaran sesat yang berkembang. Sejarah mencatat para bapa gereja melawan ajaran sesat Arianisme yang muncul pada abad ke-4 Masehi. Presbiter Arius dari Alexandria mengajarkan doktrin bahwa Yesus Kristus tidak sehakekat dengan Allah Bapa. Allah Putra dikatakannya memiliki awal karena merupakan ciptaan pertama dari Allah Bapa sebelum segala sesuatu diciptakan. Dengan perantara Kaisar Konstantinus I yang sudah memeluk agama Kristen, para bapa gereja mengadakan konsili di Nicea pada tahun 325. Saat tulisan-tulisan Arius dibacakan, hampir semua tulisan Arius dipandang sebagai penghujatan dan ajaran Arius dinyatakan sesat. Arius beserta dua uskup pendukungnya, Teonas dan Sekundus, diasingkan ke Iliria dan diekskomunikasi dari gereja. Semua karya tulis Arius diperintahkan untuk dibakar dan para pengikutnya dianggap musuh-musuh Kekristenan oleh para bapa gereja.

Kemudian dia berkata lagi : "Kalau Mozes merasa satu golongan tertentu salah, ya sudah. Kebenaran tidak butuh pembenaran." Kalau kebenaran tidak butuh pembenaran, lalu buat apa Esra Alfred Soru, Louis Budi Prasetyo, Deky Hidnas Yan Nggadas, dan sebagainya bikin video-video di Youtube meng-counter ceramah tokoh-tokoh agama sebelah tentang Kekristenan? Kalau cukup dengan menjadi pribadi yang penuh kasih maka orang-orang dengan sendirinya akan mengenal Kristus, buat apa coba William Carey berlayar jauh-jauh dari Inggris ke India untuk menginjil? Apakah mereka kurang kerjaan? Mereka rela meluangkan waktu untuk melakukan itu semua tentu saja karena kebenaran harus diberitakan. Murid-murid Yesus juga tidak tinggal di Yerusalem dan menunggu orang lain datang kepada mereka. Mereka pergi berpencar ke berbagai bangsa untuk memberitakan Injil.

Kalau benar bahwa kita cukup menjadi pribadi yang penuh kasih maka orang lain akan tertarik mengikuti ajaran kita, maka hari ini lebih dari 50% orang di seluruh dunia seharusnya sudah menjadi pengikut Siddhartha Gautama. Kita harus mengakui bahwa para pengikut Siddhartha Gautama justru yang dikenal oleh dunia penuh welas asih. Sebagai seorang yang mendalami sejarah, saya harus mengakui sejarah Kekristenan dan Islam penuh dengan pertumpahan darah. Namun fakta menunjukkan lebih dari 50% populasi dunia menganut dua agama ini. Mengapa lebih dari 50% populasi dunia justru memilih Kekristenan dan Islam sebagai agama mereka bukan Buddhisme? Karena mereka tidak setuju dengan doktrin-doktrin Buddha. Walau begitu, saya tidak menyangkal ada sebagian orang Kristen dan Muslim yang memutuskan untuk menganut agama Buddha karena menurut mereka Buddhisme adalah ajaran yang penuh damai.

Kembali ke percakapan saya dengannya, kemudian saya bandingkan apakah orang-orang seperti David Wood, Nabeel Qureshi, dan Bedjo Lie juga adalah orang-orang yang penuh dengan kebencian karena terus-menerus membongkar kelakuan nabi dan ayat kitab suci agama lain. Bedjo Lie, seorang apologet Kristen Indonesia, adalah salah satu mantan dosen agama sekaligus kepala pusat kerohanian di kampus saya. Dia jawab : "Yang kamu lakukan dan Ko Cuncun lakukan itu beda." "Ko Cuncun" merupakan panggilan akrab anak-anak Pelayanan Mahasiswa terhadap Bedjo Lie. Lalu saya bertanya balik kepadanya : "Bedanya di mana? Silakan dijelaskan." Dia hanya menjawab : "Bukan dengan kebencian." Lalu bagaimana dia bisa tahu ini pemberitaan kebenaran yang dengan kebencian dan itu pemberitaan kebenaran yang tanpa kebencian? Dia tidak bisa menjelaskan apa bedanya.

Saya memang awalnya membenci mereka. Namun melalui pengalaman pahit itulah saya kini merasakan damai sejahtera. Seperti apa yang dialami oleh Yusuf dalam Kejadian 50 : 20, mereka yang mengaku "pembawa damai" ini mereka-rekakan hal yang jahat terhadap diri saya tetapi Tuhan mereka-rekakan sesuatu untuk kebaikan, dengan maksud memelihara anak-anak Kristen dari bahaya penyesatan mereka. Mata saya dicelikkan oleh Tuhan dan saya menyadari bahwa mereka sedang menyatukan Kekristenan dan Islam. Walaupun saya sudah mengampuni mereka, saya tetap akan menulis tentang mereka. Saya tetap akan mengatakan bahwa mereka sesat. Saya menulis ini semua justru karena saya peduli akan keselamatan jiwa-jiwa khususnya para mahasiswa di kampus saya sendiri. Saya tidak mau ada anak-anak Kristen yang jatuh ke dalam kesesatan organisasi tersebut seperti saya dulu.

Singkat cerita, mantan ketua KTB ini unfollow akun Instagram saya setelah beradu argumentasi dengan saya. Lalu saya katakan dengan tegas kepadanya melalui Whatsapp sikapnya ini kekanak-kanakan karena mudah sekali main unfollow ketika orang lain tidak sepaham dengannya apalagi untuk seseorang yang sudah berumahtangga. Keesokan harinya, dia pun berdalih dia meng-unfollow saya karena dia tidak tertarik mengikuti aktivitas saya. Kalau memang sudah tidak tertarik mengikuti aktivitas saya, mengapa dia tidak unfollow dari dulu? Saya tahu ini adalah risiko dari menyampaikan kebenaran. Dia meminta saya menjadi "Alkitab berjalan" tetapi dia tidak mau terima ketika saya sodorkan pernyataan-pernyataan Alkitab. Jadi benarlah perkataan 2 Timotius 4 : 3 ini :

"Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya."

Saya mengakui dan mengatakan kepada mantan ketua KTB saya bahwa dia adalah pribadi yang baik tetapi sayangnya naif. Dia tulus seperti merpati tetapi tidak cerdik seperti ular. Wahyu 2 : 9 berkata : "Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu — namun engkau kaya — dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis." Sama seperti orang-orang Yahudi pada zaman para rasul, hari ini tidak sedikit orang Kristen yang juga dipakai oleh Iblis. Saya tahu mantan ketua KTB saya ini telah dipakai oleh Iblis untuk menggagalkan saya menyampaikan kebenaran. Seorang pengikut Iblis tidak harus seorang satanis atau penyembah setan. Orang Kristen pun bisa dipakai untuk menjalankan agenda Iblis. Barangsiapa menjalankan agenda Iblis, dia adalah jemaah Iblis.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus, orang Kristen harus memiliki kasih. Namun kita harus mengetahui bahwa kasih tidak dapat menyelamatkan orang lain dari kematian kekal. Doktrin yang benar atau lebih tepatnya Injil yang benarlah yang dapat menyelamatkan orang lain dari kematian kekal. Pemikiran macam mantan ketua KTB saya inilah yang membuat Kekristenan di Eropa hari ini sungguh menyedihkan. Jangankan bicara doktrin, orang Kristen yang masih ibadah tiap Minggu di gereja saja sudah tinggal sedikit. Banyak dari antara mereka yang berpikir menjadi orang yang baik sudah cukup. Hanya butuh 10 hingga 20 tahun lagi Eropa menjadi benua Muslim atau benua ateis. Sebagai penutup pembicaraan saya dengan mantan ketua KTB saya, saya katakan kepadanya bahwa saya mendoakan supaya Tuhan menengking roh kasih palsu yang ada di dalam diri-Nya dan matanya dicelikkan sehingga dapat melihat kebenaran.

No comments:

Post a Comment