Yahudi dan Kristen : Kaum Beriman atau Kaum Kafir?

Organisasi lintas agama yang dulu saya ikuti sering mengundang Asisten Profesor Mun'im Sirry sebagai pembicara dalam konferensi nasional. Tulisan-tulisan beliau di Geo Times juga sering dibagikan di grup Whatsapp organisasi. Asisten profesor Fakultas Teologi Universitas Notre Dame, Amerika Serikat, ini sangat disukai oleh orang-orang "Kristen" dan sebagian besar orang Muslim di organisasi saya. Pendapatnya sering dijadikan rujukan oleh Pak AJ, pendiri organisasi perdamaian lintas agama tersebut. Mun'im Sirry memiliki pandangan berbeda dari kebanyakan ulama. Berdasarkan penuturan Pak AJ ketika berbincang-bincang dengan saya di McDonald's di tahun 2015, beliau sebagai seorang Muslim meyakini Isa disalibkan, Ishaq adalah anak yang akan dikorbankan oleh Ibrahim, dan peristiwa Isra Miraj hanyalah mimpi.

Asisten Profesor Mun'im Sirry

Mun'im Sirry menyatakan bahwa orang Kristen adalah kaum beriman menurut Alquran. Argumentasi beliau ini dituang ke dalam artikel yang berjudul "Umat Kristiani Itu Kaum Beriman Bukan Kafir". "Saya sekali lagi ingin menekankan pentingnya dialog dan kerja sama di antara kaum beriman, terutama Kristen dan Muslim," berikut kata-kata Paus Fransiskus yang dikutip oleh Mun'im Sirry dalam artikelnya yang dimuat di Geo Times. "Pantaskah kita, kaum Muslim, masih terus menyebut umat Kristiani sebagai orang kafir?" tanya Mun'im Sirry dalam artikelnya. Sebagian orang non Muslim, khususnya orang Kristen, merasa tersinggung ketika mereka disebut oleh orang-orang Muslim dengan istilah "kafir". Sebagian orang Muslim, khususnya yang ada di organisasi lintas agama saya dulu, juga berpendapat bahwa istilah "kafir" yang dimaksud oleh Alquran tidak ditujukan kepada orang Kristen.

Kaum Yahudi dan Nasrani sering disebut dengan istilah "Ahli Kitab" di dalam Alquran. Ahl al kitab (أهل الكتاب) memiliki arti "orang yang memiliki kitab". Karena kaum Nasrani dan kaum Yahudi sering disebut dalam Alquran sebagai satu entitas yakni Ahli Kitab, kata-kata "Yahudi dan Kristen" saya pilih sebagai judul tulisan ini, tidak hanya "Kristen", walaupun Mun'im Sirry lebih sering membahas hubungan antara Kekristenan dan Islam daripada Yudaisme dan Islam. Meskipun ada ulama yang berpendapat istilah "Ahli Kitab" juga mencakup umat Buddha, Hindu, dan lainnya, semua ulama sepakat bahwa istilah ini sudah pasti merujuk kepada umat Kristen dan Yahudi. Lawan kata dari kafir seharusnya adalah mukmin. Karena Mun'im Sirry menggunakan kata "kaum beriman", maka saya memakai kata "kaum beriman" dalam judul tulisan saya ini. Apa sebenarnya kata Alquran mengenai umat Kristen dan Yahudi ini? Mereka termasuk bagian dari kaum mukmin (beriman) atau kaum kafir?

Berikut adalah ayat Alquran yang menjadi ayat favorit orang-orang macam Mun'im Sirry dan orang-orang yang ada di dalam organisasi lintas agama saya dulu :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS 2 : 62)

Ayat ini sering digunakan oleh para penganut paham pluralisme untuk menunjukkan bahwa umat agama selain Islam juga diterima oleh Allah SWT. Kita tidak boleh sembarangan menafsirkan ayat kitab suci seperti yang dilakukan oleh sejumlah orang yang ada di organisasi lintas agama saya dulu. Syaikh Abdur Rakhman As Sa'di memberikan penafsiran atas QS 2 : 62 sebagai berikut :

"Yang benar ini adalah hukum terhadap orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin pada zamannya, bukan disandarkan kepada keimanan terhadap Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam, karena ini adalah cerita tentang mereka sebelum diutusnya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam dan celaan terhadap perilaku mereka sebelumnya..."

Jadi konteks dari ayat ini adalah orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin yang hidup sebelum kemunculan Nabi Muhammad. Orang-orang Muslim meyakini bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai nabi untuk seluruh umat manusia, Allah telah mengutus nabi-nabi dan rasul-rasul untuk kaumnya masing-masing. Bagi orang Kristen sejati, orang Yahudi bukan kaum beriman. Walaupun orang Kristen dan orang Yahudi menyembah tuhan yang sama yaitu YHWH, orang Yahudi menyangkal bahwa Yesus adalah Mesias. Ketika Mesias belum datang, orang-orang Yahudi merupakan kaum beriman. Orang-orang Yahudi yang hidup di masa Yesus dan sesudahnya yang menolak Yesus adalah YHWH yang berinkarnasi menjadi manusia dan juruselamat umat manusia bukan lagi kaum beriman. Bahkan di dalam kitab Talmud mereka disebutkan bahwa Yesus berada di neraka direbus dalam tinja panas (Gittin 57a). Para penganut paham Yudaisme yang menjunjung tinggi kitab Talmud sudah jelas akan binasa menurut Alkitab karena menolak Yesus.

Alquran menyatakan para Ahli Kitab adalah orang-orang fasik :

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنقِمُونَ مِنَّا إِلاَّ أَنْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلُ وَأَنَّ أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ

"Katakanlah : ‘Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?" (QS 5 : 59)

Jika golongan Ahli Kitab ini dinyatakan bagian dari kaum mukmin atau kaum beriman, maka muncul pertanyaan baru : "Apa lingkup atau batasan dari kaum beriman?" Orang pagan Quraisy juga beriman kepada Allah walaupun Allah yang mereka yakini memiliki istri dan tiga anak perempuan. Orang ateis pun dapat disebut sebagai "kaum beriman" karena mereka beriman bahwa tidak ada tuhan. Kalau yang dimaksud "kaum beriman" adalah kaum monoteis, Majusi atau Zoroaster juga menyembah satu tuhan dan memiliki kitab suci tetapi tidak dianggap sebagai Ahli Kitab oleh sebagian besar ulama. Jika yang dimaksud "kaum beriman" adalah pemeluk agama Abrahamik, Alquran pun menyatakan bahwa Ahli Kitab yakni Yahudi dan Nasrani mengingkari ayat-ayat Alquran yang disampaikan melalui Nabi Muhammad. Itu memang benar. Orang Yahudi sejati dan orang Kristen sejati tidak akan mengakui Muhammad sebagai nabi dari Tuhan dan menolak Alquran sebagai Firman Tuhan. Maka dari itu, kaum mukmin yang dimaksud Alquran sudah jelas yakni mereka yang percaya bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Alquran juga berkata secara gamblang mengenai nasib para Ahli Kitab :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS 98 : 6)

Kata kafir (كافر) berasal dari akar K-F-R (bahasa-bahasa Semitik awalnya tidak mengenal tanda vokal sehingga pembacaannya bisa bermacam-macam sesuai konteksnya) yang pada mulanya memiliki makna "menutup benih dengan tanah setelah ditanam". Seiring berjalannya waktu K-F-R mengalami pergeseran makna menjadi "menutup kebenaran". Kata "kafir" ini pun kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Menurut KBBI, kafir memiliki arti yang sempit yaitu orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Orang-orang pagan Quraisy yang menolak risalah yang dibawakan Muhammad tidak pernah mempermasalahkan sebutan "kafir" yang dialamatkan kepada mereka oleh para pengikut Muhammad. Jadi jika Anda tidak percaya bahwa Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat manusia dan Alquran adalah Firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril, mengapa Anda tersinggung atau marah disebut "kafir"? Jika Anda tidak ingin lagi disebut "kafir", maka solusinya adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Anda orang Arab bukan, mengerti bahasa Arab tidak, tetapi marah disebut "kafir". Aneh!

Sungguh apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku "pembawa damai" ini dengan menjadikan pandangan Mun'im Sirry sebagai rujukan dapat membahayakan akidah kedua agama. Kawan Muslim organisasi saya dulu dari regional Jawa Barat berinisial JA pernah mengatakan Muni'im Sirry seakan mati-matian ingin merusak Islam dari dalam dan beliau disenangi oleh teman-teman Kristen organisasi saya. Bagi Anda yang beragama Islam, bila Anda meragukan apakah orang Yahudi dan Kristen termasuk orang kafir atau tidak apalagi sampai membenarkan keyakinan mereka, maka Anda otomatis sudah menjadi orang kafir. Namun melalui kata-kata saya ini tidak berarti saya setuju orang-orang Muslim bersikap semena-mena terhadap orang-orang Kristen dan Yahudi. Secara teologis, setiap orang sudah seharusnya meyakini bahwa keyakinannya adalah yang paling benar. Secara sosial, kita tetap harus memperlakukan orang yang berbeda keyakinan seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Pak AJ selaku pendiri organisasi dan Pak IP selaku pembina regional Jawa Timur, mereka justru memperlakukan orang-orang Kristen di organisasi lintas agama mereka seperti warga kelas dua.

Bukti chat pernyataan JA mengenai Asisten Profesor Mun'im Sirry

Padahal tidak semua bahkan sebagian besar orang Kristen tidak menganggap kaum Muslim adalah kaum beriman. Tidak semua orang Kristen setuju dengan pernyataan Paus Fransiskus. Jangankan kaum Muslim, kaum Saksi Yehuwa dan kaum Mormon yang menyandang label "Kristen" pun tidak dianggap sesama kaum beriman oleh sebagian besar orang Kristen. Jangan pernah mengorbankan doktrin yang Anda yakini dengan alasan "toleransi"! Dalam ajaran Kristen, jika Anda tidak percaya Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi menjadi manusia dan satu-satunya jalan keselamatan, Anda akan binasa. Dalam ajaran Islam, jika Anda tidak percaya Muhammad adalah utusan Allah dan nabi terakhir untuk seluruh umat manusia, Anda akan disiksa di neraka. Jika Anda tidak setuju dengan kedua pandangan ini, silakan Anda mencari agama yang sesuai dengan pandangan Anda. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan ada konsekuensi yang menyertainya. Yang terpenting adalah kerukunan antar umat beragama harus dijaga dan setiap orang diperlakukan secara adil tanpa memandang agamanya.