Kebenaran Sejarah Israel yang Ditutupi

Seperti yang telah saya ceritakan di tulisan-tulisan sebelumnya, saya pernah menjadi anggota dari sebuah komunitas lintas iman. Kali ini saya ingin menuliskan pandangan komunitas tersebut terhadap negara Israel. Komunitas yang mengaku memiliki tujuan menciptakan perdamaian itu memiliki sikap anti Israel. Pada tanggal 12 Desember 2017, salah satu anggota komunitas ini mengirimkan berita pernyataan dari duta besar Palestina untuk Indonesia di grup nasional komunitas. Pernyataan dari duta besar Palestina untuk Indonesia membuat saya tertarik untuk berkomentar. Pada waktu itu, komentar saya cukup singkat. Komentar saya yang pertama adalah saya menanyakan kebenaran orang-orang Palestina adalah orang Arab atau bukan. Jika orang-orang Palestina adalah orang Arab, maka tidak mungkin orang-orang Palestina adalah keturunan orang-orang yang pernah bertemu Yesus. Komentar saya yang kedua adalah memberikan pernyataan bahwa konflik Israel-Palestina bukan konflik agama dan berdirinya negara Israel merupakan keberhasilan orang-orang Yahudi merebut kembali tanah leluhur mereka sedangkan berdirinya negara Palestina merupakan manuver negara-negara Arab untuk menghancurkan Israel. Kemudian ada seorang anggota yang membalas komentar saya cukup panjang. Dia memberikan penjelasan sejarah konflik Israel-Palestina. Penjelasan yang cukup panjang tersebut langsung diminta oleh Pak RB (kepala regional Jawa Tengah dan Yogyakarta saat itu) untuk dimuat dalam surat kabar elektronik komunitas tersebut.

Berita pernyataan duta besar Palestina untuk Indonesia yang dibagikan di grup nasional sebuah komunitas lintas iman

Penjelasan konflik Israel-Palestina dari salah seorang anggota sebuah komunitas lintas iman

Saya tidak mengatakan apa yang disampaikan oleh saudari ini salah tetapi ada hal-hal yang tidak diungkapkan secara menyeluruh mengenai konflik Israel-Palestina. Istilah "European Jews" yang dia gunakan memiliki makna ganda. Pertama European Jews memiliki makna orang-orang diaspora etnis Yahudi yang tinggal di Eropa, kedua European Jews juga memiliki makna orang-orang Eropa yang menganut Yudaisme sehingga mereka tidak memiliki keterikatan dengan tanah tersebut. Istilah "Yahudi" adalah istilah yang ambigu karena memiliki dua makna yaitu makna etnisitas dan makna keagamaan. Dari komentar yang disampaikan, orang-orang yang awam mengenai konflik ini akan melihat bahwa bangsa Yahudi adalah pihak yang salah karena mereka mendirikan negara Yahudi bernama Israel di atas tanah milik bangsa Palestina meskipun dia tidak secara eksplisit berkata demikian. Dalam menganalisis konflik Israel-Palestina, kita tidak dapat hanya melihat 100 atau 200 tahun ke belakang, kita harus melihat hingga 2.000 bahkan 3.000 tahun ke belakang.

Tiga ribu tahun yang lalu tidak ada yang namanya "Kerajaan Palestina" melainkan "Kerajaan Israel". Kerajaan Israel kemudian terpecah menjadi dua yaitu Kerajaan Israel (utara) dan Kerajaan Yehuda (selatan). Setelah kerajaan utara dihancurkan oleh bangsa Asiria, kerajaan selatan mulai dikenal dengan nama "Yudea" dan para penduduknya mulai disebut "Yahudi". Kemudian Yudea ditaklukkan oleh Babilonia dan Bait Suci Pertama dihancurkan. Lalu Yudea berada di bawah Persia setelah Babilonia ditaklukkan oleh Persia. Pada masa inilah, orang-orang Yahudi di wilayah Babilonia diizinkan pulang ke tanah leluhurnya dan membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Suci. Kemudian Alexander Agung melakukan kampanye militer ke arah timur dan Yudea pun jatuh ke tangan bangsa Yunani. Setelah Alexander wafat, kerajaannya terbelah menjadi empat di tangan para jenderalnya. Yudea (wilayah bekas Israel selatan) dan Samaria (wilayah bekas Israel utara) berada di bawah kekuasaan Jenderal Seleucus. Di tahun 167 SM, orang-orang Yahudi melakukan pemberontakan. Tujuh tahun kemudian, dinasti Yunani yang berkuasa berhasil digulingkan dan Bait Suci Kedua yang sebelumnya telah dijadikan kuil pemujaan para dewa Yunani dipulihkan. Lalu Roma muncul sebagai sebuah kekuatan baru di kawasan. Yunani pun ditaklukkan oleh Roma, demikian pula Yudea dan Samaria. Pemberontakan Besar Yahudi (66-73 M) mendorong orang-orang Yahudi keluar dari Yudea. Pemberontakan tersebut telah menghancurkan lebih dari separuh kota Yerusalem dan Bait Suci Kedua. Setelah militer Roma berhasil memadamkan Pemberontakan Bar Kokhba (132-136 M), nama "Palestina" diberikan oleh Kaisar Hadrianus untuk menggantikan nama "Yudea" dengan tujuan menghapus hubungan etnis Yahudi dari tanah tersebut. Nama "Palestina" diambil dari nama musuh bebuyutan bangsa Israel di masa lalu yaitu bangsa Filistin. Nama "Palestina" terus digunakan hingga masa kekuasaan Inggris di awal abad ke-20. Pemberontakan Bar Kokhba mendorong semakin banyak orang Yahudi bermigrasi keluar dari Palestina.

Peta kawasan pesisir timur Mediterania setelah Kerajaan Israel terpecah menjadi Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda

Kekaisaran Roma menjadi negara Kristen sejak masa pemerintahan Kaisar Konstantinus I. Memasuki abad ke-5, Kekaisaran Roma terpecah menjadi dua, Kekaisaran Roma Barat dan Kekaisaran Roma Timur. Kekaisaran Roma Barat runtuh akibat serbuah suku-suku Jermanik, sementara Kekaisaran Roma Timur tetap bertahan. Kekaisaran Roma Timur yang bertahan ini kemudian dikenal dengan nama "Bizantium". Para penganut Yudaisme mengalami persekusi di bawah kekuasaan Bizantium. Penaklukan Palestina oleh orang-orang Muslim Arab dari penguasa Bizantium pada abad ke-7 memberikan sedikit kelegaan bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Penaklukan bangsa Arab tersebut kemudian diikuti dengan migrasi orang-orang Arab ke Palestina. Islamisasi yang disertai Arabisasi mendorong para penduduk wilayah yang ditaklukkan bangsa Arab berasimilasi dengan para pendatang Arab dan menjadi bagian dari bangsa Arab. Walau orang-orang Yahudi tersebar ke berbagai belahan dunia, populasi Yahudi di Palestina tetap signifikan meski menjadi minoritas. Mengutip dari video Danny Ayalon, pada tahun 985 M, seorang penulis Arab, Muhammad bin Ahmad Syams Al Din Al Muqaddasi, mengatakan bahwa orang-orang Yahudi masih menjadi mayoritas dari populasi Yerusalem. Orang-orang Yahudi tidak pernah benar-benar hilang dari tanah tersebut. Persekusi terhadap orang-orang Yahudi oleh orang-orang Kristen di Eropa selama berabad-abad menginspirasi Theodor Herzl menggagas sebuah negara untuk orang-orang Yahudi. Pada tahun 1901, Theodor Herzl berangkat ke Istanbul untuk menemui penguasa Kesultanan Utsmaniyah, Sultan Abdulhamid II, dalam rangka membeli tanah di wilayah Palestina untuk dijadikan sebuah negara untuk orang-orang Yahudi. Sebagai imbalannya, Theodor Herzl berjanji akan melunasi semua hutang Turki. Namun tawaran tersebut ditolak oleh Sultan Abdulhamid II. Palestina tetap berada di tangan Turki hingga dikuasai oleh Inggris saat Perang Dunia I.

Dia mengatakan bahwa Inggris melalui Henry McMahon menjanjikan bangsa Arab menjadi sebuah negara independen di bawah kekuasaan keluarga Hasyim tetapi yang menjadi permasalahan adalah mereka juga memiliki dua deal lainnya yaitu Deklarasi Balfour dengan kelompok Zionis dan Perjanjian Sykes-Picot dengan Prancis dan hal ini membuat orang-orang Arab, terutama Arab Palestina, marah. Tuduhan bahwa Inggris telah mengingkari janji untuk mendukung pembentukan sebuah negara independen bagi bangsa Arab tidak sepenuhnya benar. Walaupun wilayah Palestina, Yordania, dan Irak dikuasai oleh Inggris, wilayah Hijaz di mana dua kota suci umat Islam berada tidak pernah berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir Inggris tetapi berada di bawah kekuasaan keluarga Hasyim (Husayn bin Ali), sementara wilayah Yaman berada di bawah kekuasaan kekuasaan keluarga Mutawakkil. Hijaz dan Yaman menjadi dua negara Arab independen setelah Turki angkat kaki dari kedua wilayah tersebut. Keluarga Hasyim juga memerintah atas wilayah Yordania (Abdullah, anak kedua Husayn bin Ali) dan Irak (Faisal, anak ketiga Husayn bin Ali) meski kedua wilayah ini berstatus sebagai protektorat Inggris. Irak menjadi negara independen di tahun 1932 sedangkan Yordania menjadi negara independen di tahun 1946. Sementara itu, wilayah Najd yang mana keluarga Saud berasal yang kini menjadi penguasa Arab Saudi sedari dulu tidak pernah berada di bawah kekuasaan Turki maupun Inggris. Keluarga Saud pernah mendapatkan bantuan persenjataan dari Inggris dalam rangka mengalahkan keluarga Rasyid di utara yang bersekutu dengan Turki dalam Perang Dunia I. Pada tahun 1925, Kerajaan Najd menginvasi Kerajaan Hijaz dan menumbangkan keluarga Hasyim yang berkuasa di Hijaz. Raja Abdulaziz dinobatkan sebagai Raja atas Najd dan Hijaz setahun kemudian. Pada tahun 1932, Raja Abdulaziz mengumumkan Najd dan Hijaz menjadi satu negara bernama Kerajaan Arab Saudi. Jadi pernyataan yang dilontarkan oleh orang-orang bahwa negara Arab Saudi merupakan bikinan Inggris tidak benar.

Perbandingan peta Timur Tengah tahun 1914 dan 1922 yang menunjukkan Hijaz, Asir, Yaman, dan Najd tidak dikuasai oleh Inggris maupun Prancis setelah Perang Dunia I (Hijaz, Asir, dan Najd tidak diberi nama dan tahun kemerdekaan karena ketiga wilayah ini kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Arab Saudi)

Dia hanya menceritakan sikap Inggris yang mendukung ide sebuah negara bagi orang-orang Yahudi tahun 1917 tanpa menceritakan perubahan sikap Inggris dua dekade kemudian yang tidak lagi tertarik dengan ide negara Yahudi merdeka. Pada tanggal 22 Mei 1939, pemerintah Inggris menerbitkan peraturan baru yang membatasi imigrasi orang-orang Yahudi ke Palestina yang saat itu berada di bawah mandat Inggris. Peraturan baru tersebut dikenal sebagai White Paper. Pada tanggal 23 September 1939, pemerintah Inggris mengumumkan bahwa Inggris akan mengakhiri mandat Inggris atas Palestina dan akan memberikan wilayah Palestina kepada etnis Arab. Orang-orang Yahudi melihat White Paper sebagai bentuk pengkhianatan Inggris terhadap mereka. Deklarasi Balfour hanyalah tipu daya Inggris untuk menarik simpati orang-orang Yahudi agar membantu mereka berperang melawan Turki. Irgun, organisasi paramiliter yang sebelumnya dibentuk untuk memertahankan komunitas Yahudi di Palestina dari serangan orang-orang Arab, mulai mengarahkan moncong senjatanya kepada penguasa Inggris. Pada tanggal 26 Agustus 1939, Irgun melakukan pembunuhan terhadap Ralph Cairns, perwira polisi Inggris yang menjabat sebagai kepala Departemen Yahudi Kepolisian Palestina. Walau Irgun telah menabuhkan genderang perang terhadap pemerintah Inggris, sejumlah anggota Irgun memutuskan bergabung dengan militer Inggris untuk memerangi Jerman dan Italia saat Perang Dunia II. Sebagian anggota Irgun yang merasa kecewa dengan keputusan organisasi yang bekerjasama dengan Inggris memutuskan mendirikan organisasi paramiliter terpisah bernama LEHI (Lohamei Herut Israel atau Para Pejuang Kebebasan Israel). Berlawanan dengan sikap Irgun, Lehi justru ingin berkolaborasi dengan Nazi Jerman dan Fasis Italia untuk melawan Inggris.

Memasuki tahun 1944, Irgun dan Lehi secara terang-terangan mengangkat senjata melawan pemerintahan Inggris di Palestina sedangkan Haganah bergabung dalam perjuangan setahun kemudian setelah menyadari bahwa Inggris semakin ketat membatasi imigrasi orang-orang Yahudi ke Palestina. Pada tanggal 6 November 1944, Eliyahu Hakim dan Eliyahu Bet Zuri dari kelompok Lehi melakukan pembunuhan terhadap Walter Edward Guinness (1st Baron Moyne), menteri negara Inggris di Timur Tengah. Serangan paling mematikan yang pernah dilakukan para pejuang Yahudi terhadap pemerintah Inggris adalah pengemboman hotel King David di tahun 1946 yang menewaskan 28 prajurit, polisi, dan warga sipil Inggris. Berikut adalah aksi-aksi penyerangan lainnya yang dilakukan para pejuang Yahudi melawan pendudukan Inggris di Palestina sejak deklarasi perang tahun 1944 :
- 12 Februari 1944
Irgun menyerang kantor imigrasi Inggris di Yerusalem, Tel Aviv, dan Haifa
- 27 Februari 1944
Serangan bom serentak di sejumlah kantor pajak pendapatan
- 10 Oktober 1945
Haganah menyerbu camp tahanan Atlit yang digunakan Inggris untuk menahan para imigran Yahudi ilegal dan membebaskan 208 imigran Yahudi ilegal
- 1 November 1945
Haganah menyabotase rel kereta dan menenggelamkan 3 perahu penjaga Inggris, sementara Irgun menyerbu stasiun kereta di Lod dan menghancurkan sejumlah bangunan dan 3 mesin kereta
- 27 Desember 1945
Irgun meledakkan kantor intelijen Inggris di Yerusalem dan menewaskan 7 anggota polisi
- 26 Februari 1946
Irgun dan Lehi menyerang 3 landasan udara Inggris dan menghancurkan sejumlah pesawat
- 25 April 1946
Lehi menyerang lapangan parkir di Tel Aviv yang digunakan 6th Airbourne Division AD Inggris, menewaskan 7 serdadu Inggris dan menjarah rak senjata yang mereka temukan
- 16-17 Juni 1946
Haganah meledakkan 10 dari 11 jembatan yang menghubungkan wilayah Mandat Palestina dengan negara-negara tetangga
- 22 Agustus 1946
Pasukan katak Palyam (pasukan laut Haganah) menempelkan ranjau limpet ke kapal kargo Inggris Empire Rival yang disiapkan untuk mengangkut imigran ilegal Yahudi ke camp tahanan di Siprus
- 31 Oktober 1946
Kedutaan besar Inggris di Roma dibom oleh Irgun
- 5 Januari 1947
Sebelas serdadu Inggris yang diangkut dengan kereta dari Mesir ke Palestina terluka akibat serangan granat di Banha
- 4 Mei 1947
Irgun menyerbu penjara Akko dan membebaskan 28 tahanan Yahudi
- 4 Juni 1947
Delapan bom surat Lehi yang dialamatkan ke sejumlah pejabat Inggris, termasuk PM Clement Attlee, ditemukan di London
- 29 September 1947
Serangan bom di markas pusat kepolisian Haifa oleh Irgun menewaskan 4 polisi Inggris, 4 polisi Arab, dan sepasang orang Arab
- 29 Februari 1948
Lehi memasang ranjau rel kereta di Rehovot yang meledakkan kereta pengangkut serdadu Inggris dan menewaskan 28 prajurit dan melukai 35 prajurit lainnya
Kronologi lengkap serangan-serangan para pejuang Yahudi terhadap Inggris dan balasan militer Inggris terhadap para pejuang Yahudi dapat Anda baca di Wikipedia pada artikel "Jewish insurgency in Mandatory Palestine".

Berita pengeboman hotel King David oleh para "teroris" Yahudi menjadi headline di sebuah surat kabar

Fakta perlawanan bersenjata orang-orang Yahudi terhadap pemerintah Inggris di Palestina ini tidak diketahui oleh banyak orang Muslim sehingga banyak orang Muslim yang berpikir bahwa Israel merupakan negara bikinan Inggris. Israel memeroleh kemerdekaan dari Inggris dengan senjata, bukan negosiasi. Sebaliknya Malaysia, negara yang dulu mereka kunjungi hampir setiap tahun untuk merayakan Pekan Kerukunan Antar-Umat Beragama Sedunia, justru merupakan negara bikinan Inggris. Cara paling mudah untuk membuktikan bahwa Israel bukan negara bikinan Inggris adalah dengan melihat daftar negara anggota Persemakmuran. Israel tidak pernah bergabung dan tidak pernah tertarik untuk bergabung dengan Persemakmuran yang dibentuk oleh Inggris! Israel, Amerika Serikat, Irlandia, Myanmar, Mesir, Yordania, dan Irak merupakan negara-negara bekas jajahan Inggris yang hari ini tidak tergabung dalam Persemakmuran dan tidak menunjukkan ketertarikan. Ketidakmampuan Inggris menghadapi pemberontakan Yahudi di wilayah mandat Palestina mendorong kabinet pemerintah di London membuat keputusan untuk meninggalkan Palestina pada bulan September 1947. Krisis politik di Palestina mendapatkan perhatian PBB. Pada bulan November 1947, Majelis Umum PBB merekomendasikan rencana pembagian Palestina untuk negara Yahudi dan negara Arab yang tertuang dalam Resolusi no. 181. Resolusi ini mendapat penolakan dari negara-negara Arab. Tanggal 15 Mei 1948 ditetapkan sebagai hari berakhirnya mandat Inggris atas wilayah Palestina. Pada tanggal 14 Mei 1948 sore, David ben Gurion memroklamirkan berdirinya negara Israel. Tepat pukul 12 malam, wewenang Inggris atas Palestina pun secara efektif berakhir.

David ben Gurion membacakan deklarasi kemerdekaan Israel beberapa jam menjelang berakhirnya mandat Inggris atas Palestina

Itulah fakta-fakta yang tidak disampaikan dalam penjelasan kawan Muslim tersebut. Anda mungkin berpikir bahwa narasi saya di atas hanya mengungkap sejarah dari sisi Israel tanpa perimbangan dari sisi Palestina. Informasi yang saya sampaikan di atas yang memang kita butuhkan untuk mengimbangi narasi sejarah pro Palestina yang selama ini mereka terima dan sebarkan. Itulah sebabnya judul dari tulisan saya ini adalah "Kebenaran Sejarah Israel yang Ditutupi". Andaikata mereka beralasan bahwa mereka tidak tahu kebenaran sejarah di atas, lalu mengapa mereka membahas dan ingin menerbitkan tulisan mengenai perkara yang tidak mereka mengerti? Tidak ada gunanya saya menyampaikan penjelasan panjang di atas kepada mereka apalagi saya sudah dikeluarkan dari komunitas yang mengklaim diri memerjuangkan perdamaian tersebut. Mereka hanya ingin membaca atau memublikasikan tulisan yang sejalan dengan keinginan mereka. Sikap anti Israel orang-orang yang mengaku diri peacemaker ini adalah fakta, bukan tuduhan tanpa bukti. Beberapa kali saya posting story di Instagram membahas masalah Israel dan Palestina ada teman yang "protes" atas postingan saya. Anehnya mereka semua yang "protes" berasal dari komunitas perdamaian lintas iman ini baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Saya tidak akan bahas percakapan saya dengan mereka karena itu akan membuat tulisan ini menjadi terlalu panjang. Berikut adalah beberapa cuplikan percakapan saya dengan mereka.




Beberapa pembaca mungkin berpikir : "Itu kan pendapat mereka dan itu adalah hak mereka untuk berpendapat, Anda tidak dapat menuduh bahwa itu adalah sikap komunitas lintas iman tersebut." Para petinggi komunitas lintas iman tersebut tidak dapat "mencuci tangan" dengan mengatakan bahwa itu adalah pendapat pribadi mereka dan tidak dapat dianggap mewakili pendapat organisasi. Pada tanggal 29 September 2017, mereka mengadakan acara nonton bareng 5 Broken Cameras. 5 Broken Cameras adalah film dokumenter karya Emad Burnat, seorang petani zaitun Palestina, dan Guy Davidi, seorang pembuat film berkewarganegaraan Israel, yang seluruh pengambilan gambar berasal dari lima kamera milik Burnat. Film dokumenter ini menampilkan peristiwa penggusuran yang terjadi di desa Burnat dan pemukulan polisi Israel terhadap warga Palestina. Pada acara tersebut mereka hanya mengundang satu pemantik dari SRuPP (Solidaritas Rakyat untuk Pembebasan Palestina) tanpa adanya pembicara pemantik pembanding dari kelompok pro Israel. Logo komunitas lintas iman tersebut dengan jelas terpampang pada poster dan yang menjadi moderator adalah salah satu tokoh komunitas tersebut.

Poster acara nonton bareng 5 Broken Cameras

Tidak hanya sekali komunitas lintas iman ini membuat acara yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina. Pada tanggal 18 Februari 2018, mereka mengadakan acara yang berjudul "Teologi Damai : Perspektif Kristen-Islam Terhadap Konflik Palestina" sebagai bagian dari rangkaian Pekan Kerukunan Antar-Umat Beragama Sedunia. Mereka mengundang dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta sebagai pembicara dari pihak Kristen dan dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pembicara dari pihak Muslim. Kalau sebelumnya menyulutkan kebencian terhadap Israel dari sisi kemanusiaan, kali ini mereka menyulutkan kebencian terhadap Israel dari sisi teologis. Pemilihan kata dan gambar pada sebuah poster memiliki pesan yang terkandung di dalamnya. Tanpa saya mengikuti acara tersebut, poster acara tersebut telah menjelaskan bahwa acara tersebut memiliki tendensi menyudutkan Israel. Yang pertama, judul acara tersebut hanya menyebutkan "Konflik Palestina" tanpa mencantumkan nama "Israel". Yang kedua, gambar di poster tersebut hanya ada bendera Palestina tanpa bendera Israel. Saya pernah menceritakan soal ini kepada Monique Rijkers dari Hadassah Indonesia. Beliau mengonfirmasi bahwa sepengetahuan beliau STFT Jakarta memang tidak mendukung eksistensi negara Israel.

Poster acara Teologi Damai : Perspektif Kristen-Islam Terhadap Konflik Palestina

Saya secara pribadi mendukung Israel dalam konflik Israel-Palestina ini. Saya mendukung Israel bukan karena saya meyakini bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan sehingga saya harus mendukung Israel. Berbeda dari tiga kawan di atas yang membawa-bawa agama, saya di sini mendukung Israel dalam kapasitas sebagai pemerhati sejarah, bukan sebagai orang Kristen. Anda bisa baca kembali penjelasan saya di atas. Saya tidak membawa satu pun ayat Alkitab. Tanah yang disebut "Palestina" oleh orang-orang Roma maupun Inggris itu adalah tanah leluhur orang-orang Yahudi. Sudah ada banyak penemuan arkeologis yang membuktikan eksistensi Kerajaan Israel. Bangsa Filistin juga terbukti eksistensinya dalam sejarah tetapi orang-orang Palestina yang kita lihat hari ini bukan keturunan bangsa Filistin melainkan keturunan bangsa Arab. Di zaman Yesus hidup, orang-orang Filistin telah punah sebagai suatu bangsa. Menutupi kebenaran bahkan berbohong telah menjadi sikap para tokoh komunitas perdamaian lintas iman ini. Mereka pernah berbohong ketika memromosikan acara jalan-jalan ke Singapura yang dikemas dengan tujuan menyebarkan nilai-nilai perdamaian di sana. Saya mungkin akan membongkar kebohongan acara tersebut dalam kesempatan lainnya. Sungguh disayangkan sebuah komunitas yang mengaku diri memerjuangkan perdamaian ternyata merupakan salah satu aktor yang menyulut kebencian terhadap Israel.

No comments:

Post a Comment